MUKJIZAT MATAHARI 100 TAHUN YANG LALU

Oktober 18, 2017
Karena menantikan keajaiban yang sudah dinubuatkan sebelumnya, kerumunan berjumlah lebih dari 70.000 orang berkumpul di tempat penampakan pada tanggal 13 Oktober 1917. Hujan yang menusuk tulang telah turun semalaman dan bahkan terus turun sampai hari itu. Semua orang yang hadir basah kuyup dan tanah di sekitar tempat penampakan menjadi lumpur. Beberapa orang bahkan berdiri di atas lumpur setinggi mata kaki.

Didorong oleh bisikan batin, Lucia meminta yang hadir untuk menutup payung-payung mereka dan berdoa rosario. Secara bersamaan, kumpulan manusia yang banyak itu menutup payung-payung mereka, membuka tutup kepala mereka sebagai tanda kerendahan hati dan hormat mereka, sedangkan hujan terus mengguyur mereka dan membanjiri tanah di sekitar mereka.

Pada tengah hari, Bunda Maria menampakkan diri kepada mereka. Di akhir penampakannya, Bunda Maria membuka kedua tangannya dan membuat ketiga anak gembala itu melihat matahari. Dan ketika Bunda mulai terangkat, pancaran cahaya itu mengarah ke matahari. Maka Lucia berteriak, “Dia pergi! Dia pergi! Lihatlah matahari!” Lalu keajaiban yang Bunda Maria janjikan sejak bulan Juli terjadi sebagai bukti akan kebenaran penampakan di Fatima.

Langit menjadi bersih dan semua orang dapat melihat langsung matahari tanpa menyakiti mata mereka sama sekali. Lalu matahari mulai berputar pada porosnya sebanyak tiga kali di tempat sambil memancarkan ke segala arah warna yang berbeda-beda, merah lalu hijau, lalu biru, lalu kuning, lalu oranye. Sembari matahari berputar pada porosnya itu, warna-warna yang dipancarkan dapat dilihat juga pada orang-orang itu.

Setelah sekitar empat menit, matahari berhenti berputar. Lalu, tidak lama setelah itu, matahari kembali berputar, kali ini berputar lebih cepat dan dengan warna-warna yang lebih indah. Setelah sekitar empat menit, matahari berhenti lagi. Lalu, matahari berputar untuk ketiga kalinya dengan warna yang jauh lebih spektakuler. Lalu, matahari nampak terlepas dari langit dan mulai bergerak berkelok-kelok di langit. Matahari naik ke atas dan turun ke bawah seperti yoyo. Lalu matahari terlihat jatuh, terjun menuju bumi.

Matahari di angkasa terlihat jadi jauh lebih besar dan menjadi sangat panas. Seolah-olah matahari akan jatuh ke atas kerumunan orang dan membunuh mereka semua, seakan-akan itulah akhir dunia. Maka, orang-orang mulai berlutut di lumpur dan berseru memohon kerahiman Tuhan, memohon pertolongan Bunda Maria, perantaraan Bunda Maria dan doa-doanya.
Tiba-tiba, matahari berhenti jatuh dan kembali ke atas ke angkasa di tempat asalnya. Lalu semua orang berdiri dan mulai menyadari pakaian mereka kini kering dan bersih. Dan tanah tidak lagi berlumpur tetapi kering. Tidak hanya itu, banyak orang sakit disembuhkan hari itu – yang buta dapat melihat dan yang lumpuh dapat berjalan. Banyak pendosa juga dipertobatkan. Mereka berhenti melakukan dosa dan pergi untuk menerima Sakramen Pengakukan Dosa, lalu mulai hidup sesuai perintah-perintah Allah.

Ketika matahari “menari”, Lucia, Francisco dan Jacinta melihat di angkasa St. Yosef bersama Kanak-kanak Yesus memberkati dunia dengan memberikan tanda salib dengan tangan mereka. Setelah penglihatan ini berakhir, mereka melihat Bunda Dukacita bersama Yesus. Yesus sekali lagi memberkati dunia. Penampakan ini juga lenyap dan akhirnya mereka melihat Bunda Karmel, semua sama seperti yang telah Dia janjikan pada mereka.

Allah sendiri tentunya sudah meletakkan Meterai Ilahi-Nya untuk membuktikan kebenaran Pesan Bunda Maria dari Fatima. Sebagaimana semestinya, semua orang yang menyaksikan kejadian ini menilai yang terjadi itu sebagai mukjizat, termasuk mereka yang mengaku sebagai “orang yang tidak percaya” dan ateis.

“Engkau berjanji kepada ketiga anak di Fatima bahwa ‘pada akhirnya, hatiku yang tak bernoda akan berjaya.’ Semoga terjadilah demikian! Semoga cinta berjaya atas kebencian, kebersamaan atas perpecahan, dan damai atas segala bentuk pertikaian! Semoga cintamu pada Putramu mengajarkan kami untuk mencintai Tuhan dengan segenap hati, kekuatan dan jiwa kami. Semoga Yang Mahakuasa menunjukkan kepada kami kerahiman-Nya, menguatkan kami dengan kekuatan-Nya, dan memuaskan kami semua dengan hal-hal yang baik. (bdk Luk 1:46-56)” (Doa kepada Bunda Maria oleh Sri Paus Benediktus XVI di Bethlehem, 13 Mei 2009)
Previous
Next Post »
0 Komentar